Rabu, 10 September 2008

Don’t judge a book by its cover


Di penjara itu kulihat pesakitan yang sangar, sok jago, dekil, omong besar, dan bertato di sana sini, berada di blok A, dikurung beramai-ramai seperti ayam karena mereka tak lebih dari pencuri ayam atau tukang nyolong jemuran. Namun mereka yang sampai hati merampok TKW atau membunuh tanpa melepaskan rokok di mulutnya, berada di blok B, sel isolasi. Penghuni blok B adalah pria-pria kecil yang rapi, pintar, bersih, santun lisannya dan manis sekali senyumnya. Sejarah Menunjukkan bahwa Alexander Agung yang membakar ribuan wanita dan anak-anak, Cortez yang membantai orang indian sampai menggenangkan darah setinggi lutut, semua penjagal yang disebut legenda itu tak lain adalah pria-pria tampan berwajah manis.
(Sang Pemimpi, Andrea Hirata, Hal 16)

Karena baru baca Sang Pemimpi beberapa hari yang lalu, tepat saat baca paragraf diatas, jadi inget Indonesia juga punya calon legenda; Ryan, sang jagal dari Jombang. Dalam novel pun ada kisah semacamnya, seperti novel thriller Patrick Suskind; PERFUME, yang mengisahkan satu sosok Jean-Babtise Grenouile, si pembuat parfum sekaligus pembunuh 25 perawan.

Masing-masing individu punya karakter yang berbeda-beda, kadang bisa menggertak dunia dengan begitu dasyatnya, sungguh diluar dugaan. Memang benar belum tentu preman di jalanan yang bertampang sangar, gondrong dan bertato tega melakukan pembunuhan sekeji Ryan, paling banter hanya malak pedagang, pengamen dan anak jalanan lain dengan tameng uang keamanan. Banyak orang-orang di sekeliling kita yang tak terduga, tapi bisa mengejutkan begitu saja. Seperti halnya kita sendiri yang kadang melakukan sesuatu di luar kendali, bahkan tanpa sadar membuat sgalanya kacau atau malah sebaliknya mendatangkan berkah.

Berhati-hati dengan orang-orang sekeliling sah-sah saja, tapi yang utama justru bisa nggak kita mengendalikan pikiran kita sendiri. Saat kita merasa tidak nyaman dengan orang lain atau orang asing, kendalikan perasaan itu, lebih arahkan ke hal-hal yang positif. Misalnya dengan berdoa; "Ya Tuhan, ampuni aku jika aku berprasangka buruk pada orang ini, dan ampuni orang ini jika dia memang berniat buruk padaku". Pasti akan jauh lebih tenang kan, dan yakinlah kalau semua akan baik-baik saja.

Jumat, 05 September 2008

Apa sih tujuan marah?

Beberapa hari kemarin baru aja denger obrolan di salah satu radio.
Apa sih tujuan marah?
Kenapa sih kita harus marah kepada orang laen?
Selain pasti ada sebab dan akibat (alasan klise),
yang pasti marah itu untuk membangun, bukan untuk menjatuhkan.
hmm.. great!
Do U?

Rabu, 03 September 2008

p u a s a

Biru awan menggaris warna pelangi selepas hujan luruh. Tetes-tetes embun masih menempel di hijau daun, kelopak bunga, dan rumput-rumput. Aroma teduh ramadhan membaur di segala sudut. Dari apa yang terlihat di televisi. Dari apa yang terdengar di radio. Jua dari ujung-ujung gang hingga jalan-jalan protokol. Semua orang saling berlomba. Berlomba meraih berkah, melawan nafsu, dan menyiapkan hidangan-hidangan terlezat. Cangkir-cangkir hati bergerak tenang menggelayut pada tiap ujung senja. Senja ke 3 di bulan ramadhan. Smoga 27 hari kedepan bisa terlewati tanpa beban.